Setelah setahun berpisah, akhirnya aku menubruk mantan pacarku di pantai.Pemandangan dia mengirimkan semburan nostalgia, mengingatkanku pada malam-malam penuh gairah yang kami lalui bersama.Tak tahan oleh dorongan itu, aku menyeretnya ke tempat terpencil, di mana gelombang laut membisikkan rahasia dan pasir yang terhampar sebagai tempat tidur kami.Tubuhnya yang berseri-seri bagai matahari telanjang, sebuah kanvas yang sempurna untuk seni duniawi kami.Pantatnya, sebuah mahakarya bulat, memberi isyarat padaku.Aku tak bisa menolak pesona itu.Kulahapnya, lidahku menari-nari di atas kulitnya, mengeluarkan rintihan kenikmatan.HHingsung mendesah-desah kenikmatan.Seir erangan bersah, bersah-sah, menyapai suara kenikmatan di sepanjang pantai.Tanganku terus bersahutan, menggelinjang, tanganku terus bergerilya, menyemprotkan cairan mani di dalam tubuhku, menyebabkan kenikmatannya memuncrat di bawah tubuhnya, menyebabkan kenikmatan, dan kenikmatan yang paling utama kualami.Kepuasan kami terbawa ke tepi pantai.Kepuaskan kami, bermain-main di bawah air mani, pemandangan pantai yang paling indah, dan liar.